All of Me

All of Me

Cast : Kwon Yuri

Jessica Jung

Length: Oneshoot

Genre: Romance

Author: Dejung

 

Jessica baru saja keluar dari sebuah RSI. Seoul segera bergerak menuju dimana mobilnya diparkirkan sejak tadi pagi. Dia memasuki mini cooper kesayangannya dan melajukannya dengan kecepatan sedang. Malam telah cukup larut saat ini, sebenarnya dia sudah terbiasa pulang sendirian seperti ini tetapi terkadang namja cuek itu seringkali datang tiba-tiba untuk menjemputnya.

Untuk mengusir sepi dia menghidupkan music playernya, terdengar suara yang dirindukannya yang melantun merdu mengisi kabin mobilnya. Iya, dia  merekam itu saat kekasihnya bernyayi dengan gitar ketika mereka bertemu bulan lalu. Iya, bulan lalu karena kini namja itu sedang tinggal di luar kota dan sangat jarang pulang ke Seoul.

Beberapa bulan belakangan ini kekasihnya memutuskan untuk menetap di luar kota, agar lebih fokus untuk pengerjaan proyeknya. Sebuah proyek pembangunan apartment mewah di daerah Busan yang juga daerah kelahiran namja tersebut. Sejak saat itu namja tersebut jarang kembali ke Seoul, hanya kadang-kadang itupun lebih disibukkan dengan kegiatannya sendiri. Biasanya akan banyak menghabiskan waktunya di kantor ataupun pertemuan dengan kliennya.

Hmm dia sama saja seperti seorang jomblo jika seperti ini padahal beberapa bulan lagi mereka akan melangsungkan pernikahan.

“arghhhh jinjjaaa Kwon Yuri!!” teriaknya frustasi dalam kedapnya kabin mobil yang dipenuhi suara Yuri.

Jessica frustasi menahan rindunya yang kian memuncak tetapi namja bernama Yuri itu nampaknya biasa saja bahkan tidak menghubunginya beberapa hari ini jika tidak dia yang memulai.

Ahh sudahlah semua ini membuatnya semakin lelah jika terus dipikirkan. Dia hanya harus cepat sampai kerumah dan beristirahat, mengistirahatkan raga dan juga jiwanya. Dengusan sebal lengkap dengan ice glare khas keluarga Jung biasanya selalu mampu membuat Yuri terdiam membeku. Ahh kenapa isi kepalanya terus terngiang namja menyebalkan itu.

“oh Tuhan hentikanlah pikiranku tentang namja menyebalkan itu, setidaknya biarkan aku tidur dengan tenang malam ini.” Diparkirkannya cepat mobilnya, mengambil tas dan terdengar bunyi debuman keras saat dia menutup pintu mobilnya.

Membersihkan dirinya cepat, lalu membaringkan dirinya di ranjang empuk kesayangannya. Matanya melirik ponselnya yang sama sekali tidak ada kabar tentang Yuri seharian ini. Dering singkat ponselnya terdengar saat matanya perlahan menutup.

Good night, sayang

Akhirnya.

—–

 

Sinar mentari memasuki kamarnya perlahan dari balik celah tirainya yang berwarna putih bersih. Dia melirik kalender di meja samping tempat tidurnya, H-1 menjelang ulang tahun kekasihnya. Semoga Yuri pulang dan mereka bisa merayakan bersama. Tidak seperti tahun sebelumnya berkat ke-sok-sibukan namja itu mereka tidak bisa merayakan ulang tahun bersama.

Semoga kau cepat pulang.

Dia mengambil ponselnya yang masih terletak di dekatnya dari semalam, bahkan masih terbuka pesan dari Yuri semalam yang tidak sempat ditutupnya.

Morning namja menyebalkan

Setelah menunggu beberapa menit tidak juga mendapat balasan dia kemudian memutuskan untuk pergi mandi. Baru saja keluar dari kamar mandi ponselnya berdering.

”eoddi? kenapa lama sekali?”

“aku baru saja selesai mandi. Ada apa?”

“ani. Morning sayang.”

“oh masih ingat.”

“haha berhentilah cemberut seperti itu, kau tidak terlihat selalu cantik sayang.”

“aishh.” Yuri tertawa lepas dari seberang sana, sedangkan Jessica mendengus sebal.

“yaak berhentilah tertawa, kondisi hatiku tidak terlalu baik untuk mendengar tawa sepagi ini.”

“wuahh ada apa dengan kekasihku sepagi ini??” Yuri bertanya dengan nada dibuat sarat khawatir.

“aku kehilangan kekasihku sudah beberapa bulan ini.”

“mworago? Kemana dia?”

“entahlah, aku tidak tahu dan tidak mau tahu.”

“benarkah? Haha kau lucu sekali saat sedang marah seperti ini sayang.”

“aku sedang tidak bercanda Tuan Kwon Yuri.”

“baiklah, baiklah. Aku minta maaf sayang, belakangan ini aku sedikit sibuk jadi seringkali tidak sempat menghubungimu. Mianhae.” Ucapan Yuri terdengar tulus.

“kau selalu larut dengan pekerjaanmu dan melupakanku.”

“aku tidak bermaksud seperti itu. Sungguh.”

“sudahlah aku tidak mau membahas ini.”

“nee baiklah aku minta maaf sayang.”

“kapan kau akan pulang? Kau tidak lupa kan? Kita ada jadwal fitting baju pengantin sabtu ini.”

“hmm justru karena itu aku menelponmu, aku rasa aku belum bisa pulang sabtu ini. Kemungkinan baru minggu-minggu depan aku bisa pulang. Hmm bisakah kau menjadwal ulangnya sayang?”

“mwo?? Menjadwal ulang? Lagi??? Ini sudah kedua kalinya Kwon Yuri, kau mau mengubahnya berapa kali lagi?” suara Seohyun terdengar menaik.

“iya aku tahu, tapi aku benar-benar tidak bisa sabtu ini. Ada pekerjaan yang tidak bisa kutinggal, ada beberapa masalah yang harus kuselesaikan dulu sebelum aku meninggalkannya untuk sekedar pulang sayang. Pleasee.”

Suara tarikan nafas Jessica terdengar keras menandakan yeoja itu sednag berada di titik kekesalan mungkin di titik maksimumnya.

“sayang aku minta maaf, tapii….”

“berhenti meminta maaf. Aku tidak butuh itu.” Yuri menelan susah ludahnya mendengar suara Jessica yang tidak selembut biasanya.

“Sungguh. Aku sungguh minta maaf untuk ini. Aku akan menyelesaikan pekerjaanku disini secepatnya, dan segera ke Seoul eoh.”

“aku rasa kau perlu memikirkan kembali, apa kau benar-benar ingin menikahiku atau tidak.” Ucap Jessica penuh amarah.

“mwo? Kenapa kau bicara seperti itu?”

“apa hanya aku yang akan menikah huh?? Kenapa hanya aku yang sibuk menyiapkannya sendiri? Bahkan untuk fitting bajupun apa aku harus sendiri huh?”

“sayang tidak seperti itu, tapi aku benar-benar tidak bisa meninggalkan pekerjaanku sekarang. Kuharap kau mengerti.”

“ohh jadi selama ini aku tidak mengertimu?.”

“ani, tidak seperti itu. Sayang, dinginkan hati dan pikiranmu. Aku akan pulang secepatnya. Aku akan meminta Eomma dan Krystal untuk membantumu menyiapkan semuanya selama aku tidak disana eoh. Jaga dirimu, jangan terlalu lelah.” Yuri tau dia keterlaluan membiarkan Jessica mengurus persiapan pernikahan mereka sendirian tanpanya, tapi dia juga tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja.

“aku mencintaimu Jessica.” Yuri masih dapat mendengar isakan yeoja itu sebelum  Jessica mematikan ponselnya.

Mianhae.

Yuri memijit pelipisnya pelan, kepalanya berdenyut. Sejak bebrapa malam ini dia belum sempat tertidur. Untuk membuat pekerjaannya lebih cepat dia bekerja lebih larut, tetapi terjadi beberapa masalah yang menghambatnya membuatnya mengundur kembali jadwal kepulangannya. Sepertinya dia harus melakukan rapat koordinasi kembali mengenai kondisi ini secepatnya. Setidaknya dia mungkin bisa menyerahkan pengawasan kepada asistennya, jika memang sudah tidak ada lagi kondisi urgent yang membutuhkan tanggung jawabnya lebih. Dengan begitu mungkin saja dia bisa pulang lebih cepat.

Sedangkan Jessica terduduk di ranjangnya berusaha menutupi isak tangisnya yang tidak juga bisa diredamnya. Mungkin kerinduan yang memuncak dan juga Yuri yang tidak bisa kembali lebih cepat semakin mmembuatnya merasa tidak karuan. Ohh tidak dia harus segera menghentikan tangisan ini, dia ada jadwal jaga pagi ini di RS. Apa dia juga mengambil shift sampai malam sekalian untuk menyibukkannya.

—–

 

Proyek hari ini berjalan dengan baik membuat Yuri sedikit lega. Setidaknya hingga satu minggu kedepan dia terus akan memantau proses pengerjaan ini, jika dirasa sudah bisa ditinggalkan dia baru bisa pulang. Sebenarnya dia bisa saja mengalihkan pekerjaannya pada asistennya tetapi dedikasi dan juga tanggung jawabnya yang besar membuat dia tidak mau mengambil resiko. Meski sebenarnya asistennya cukup kompeten, tapi rasa keprofesionalitasnya tidak membuat dia bertindak semaunya.

Sore hari itu dia kembali keruangannya dan mendapati kejutan dari beberapa stafnya. Dia baru teringat bahwa hari ini ulang tahunnya. Astaga dia lupa tentang hari ini meski semalam Eomma, Appa dan juga adiknya sempat menelponnya mengucapkan selamat, dan menyuruhnya untuk pulang kerumah neneknya yang di Busan.

Yuri mendapat ucapan selamat dan juga beberapa kado. Dia memeriksa ponselnya dan tidak mendapati satupun pesan dari Jessica, bahkan Jessica sama sekali tidak menghubunginya.

“Ahh dia benar-benar marah kali ini.”

Sesaat ponselnya berdering menandakan pesan masuk yang ternyata dari Krystal.

Oppa sepertinya kau sedang dalam masalah besar. Eonni sama sekali tidak membahas tentangmu selama aku dan eomma menemaninya memeriksa persiapan gedung pernikahan kalian nanti. Haha memangnya dia akan menikah dengan siapa. Matilah kau oppa haha

“aihhh adik seperti apa yang tertawa di atas penderitaan oppanya.”

Alih-alih membalas pesan Krystal dia malah mengirim pesan pada Jessica.

Kau tidak ingin mengucapkan selamat ulang tahun padaku sayang?

Dan Yuri tidak mendapat balasan pesannya.

—–

 

Yuri mendapati sebuah kotak di depan penginapannya, dia masuk dan membukanya.

Dia menemukan sebuah kemeja berwarna biru dan juga minuman herbal di dalam kotak tersebut.

Kuharap kau menyukainya. Dia mengenali tulisan itu sebagai tulisan Jessica, dia lalu mencoba menelpon  tetapi tidak di angkat dia lalu mengirim pesan.

Nee, aku menyukainya. Gomawo sayang.

—–

 

Sama sekali tidak ada komunikasi setelah pertengkaran terakhir mereka, lebih tepatnya Jessica yang tidak membalas pesan-pesannya. Sepertinya yeoja itu benar-benar berada dalam kekesalan tingkat dewa padanya.

Selama seminggu ini Yuri berusaha menyelesaikan semua pekerjaannya, sehingga bisa ditinggal dan dapat di awasi dari jarak jauh saja. Dia juga sudah menyerahkan sepenuhnya pada asistennya karena dirasa sekarang proyek sudah tahap penyelesaian. Dia berencana untuk pulang 2 minggu sebelum pernikahan mereka.

—–

 

Yuri yang berencana untuk pulang besok  segera melajukan mobilnya kencang untuk pulang ke Seoul, dia baru saja mendapat telpon dari Krsytal bahwa Jessica yang juga sunbaenimnya di RS. Seoul tiba-tiba pingsan.

Demi menghemat waktu dia mengemudi sendiri mobilnya, dia benar-benar khawatir. Jessica yang notabene-nya selalu mejaga kesehatan bisa tiba-tiba pingsan seperti itu tentu saja membuatnya cemas.

Perlu 5 jam perjalananuntuk sampai ke Seoul, dia langsung melajukan mobilnya ke RS. Seoul. Dia mencari ruangan yang diberatahukan Krystal tadi. Yuri bertemu Krystal sebelum mencapai ruangan Jessica.

“ohh kau sudah sampai oppa?”

“eoh, aku baru saja sampai. Bagaimana keadaannya?”

“eonni kelelahan, beberapa hari ini dia memforsir dirinya untuk bekerja mengambil dua shift. Aku baru saja bertemu dengannya tadi, dia baru akan pulang dan aku baru masuk. Lalu tiba-tiba dia pingsan. Aktifitasnya yang berlebihan dan juga sibuk dengan persiapan pernikahan kalian, dua hal itu cukup untuk menghabiskan energinya.”

Yuri hanya mendengarkan penjelasan Krystal. “oh ya oppa kutinggal dulu ya, aku masih harus memeriksa pasienku. Nanti aku akan menyusul menemui oppa di ruangan eonni, eoh.”

“nee, baiklah.” Krystal berlalu setelah Yuri mengusap pelan pucuk kepala adik satu-satunya tersebut.

—–

Yuri melihat ibunya Jessica yang tertidur menunggui dengan posisi kepalanya yang berada di ranjang tentu itu sangat tidak nyaman.

“eommonim.. eommonim…” panggilnya pelan agar tidak ikut membangunkan Jessica.”oh Yuri-ya kau baru datang?” yuri tersenyum pada calon ibu mertuanya tersebut.

“nee eommonim.”

“aigoo kau baru sampai dan langsung kesini? Kau pasti begitu lelah. Pulanglah istrirahatlah, kau bias datang pagi besok.”

“aniyo, gwenchana eommonim. Oh lebih baik eommonim tidur di sofa atau kembali kerumah, biarkan aku yang menjaga Jessica.”

“ya sudah kalau begitu, eommonim akan tidur di sofa. Bangunkan saja jika ada apa-apa.”

“nee, eommonim.” Ibu Jessica pun beranjak menuju sofa.

—–

 

Yuri mengelus pelan puncak kepala Jessica, terasa hangat di telapak tangannya. Wajah yeoja itu tampak pucat tak seperti biasanya yang selalu bersinar segar. Dia menggenggam sebelah tangan Jessica, sebelah tangan lainnya mengelus pelan pipi yeojanya. Dia pun mencium lembut kening Jessica yang terasa hangat.

Merasakan sentuhan, mata Jessica perlahan membuka dan mendapati namja yang selama ini dirindukannya telah hadir dihadapannya. Entah ini nyata atau hanya halusinasinya saja. Pandangannya pun masih blur.

“oh kau terbangun sayang, mian.” Jessica menatapnya intens, dan perlahan matanya berlinang, bulir air mata memenuhi bola matanya memaksa untuk keluar.

“wae? Apa yang sakit sayang? Kenapa kau menangis hmm?” Yuri begitu khawatir melihat Jessica berlinang air mata sperti itu.

Mata Jessica masih menatapnya intens. “bogoshipo.”

“bogoshipo.” Satu kata yang meluncur dari mulut Jessica dengan mata yang berkaca-kaca membuat Yuri menatap mata indah itu yang kini mengalirkan air mata, dia mengusapnya lembut dan meraihnya dalam pelukannya. “eoh. Aku juga merindukanmu sayang.”

Pelukan Jessica semakin erat. “kau tahu? Berpura-pura mengacuhkanmu dan juga berusaha tidak memikirkanmu ternyata adalah hal yang sia-sia, aku tetap merindukanmu bahkan lebih dari itu.”

Perlahan Jessica melepaskan pelukan mereka. Masih dengan linangan ari matanya, dia menatap Yuri dengan ekspresi entahlah tercampur antara rindu, marah, dan benci. Yang malah Yuri suka, Jessica terlihat lucu dimatanya saat seperti itu.

“neo. Nappeun namja.” Yuri malah mendekapnya erat kembali, dia mencium jidat cemerlang kebanggaan Jessica lembut tetapi yang dibalas dengan pukulan-pukulan kecil tanpa tenaga. “nappeun.” Yuri menatap dalam Jessica, memberikan ciuman lembut di bibir yang masih terasa hangat karena suhu badannya yang masih tinggi. “mianhae.”

Rasanya hangat berada dalam pelukan kekasihnya, ditambah bau parfum yang menyeruak dari tubuh Yuri membuatnya merasa nyaman. Yuri semakin merapatkan tubuh Jessica dalma pelukannya. Dia pun begitu merindukan yeoja cerewet ini, tetapi beruntungnya rasionalitasnya ternyata dapat menahan kerinduan selama ini.

“kita akan mempersiapkan semuanya bersama, jadi kau tidak akan sendiri lagi.” Jessica mendongak menatap namja Busan itu. “aku sudah akan stay di Seoul, jadi waktuku bisa lebih banyak untukmu sekarang.” “jinjjaa?” Yuri mengangguk untuk itu. “jadi cepatlah sembuh eoh.” Yuri kembali mencium kepala Jessica. “bogoshipo sicababy~. Aku mencintaimu.”

Jessica dapat melihat ketulusan itu dimata Yuri. Yuri bukanlah seseorang yang selalu mengucapkan kata cinta maupun rindu, meski Jessica sebenarnya dapat merasakannya bahkan tanpa Yuri mengatakannya tetapi terkadang dia ingin mendengarnya dari mulut orang yang dicintainya itu. Meski terkadang kalimat tidak selalu mampu mengungkapkan semuanya tetapi mendengarnya membuatnya lebih bahagia.

Yuri pernah mengatakan bahwa meski dia mengucapkan kata cinta berjuta kalipun itu sebenarnya tidaklah mampu mengungkapkan seberapa besar perasaannya.

 

—–

Mata Yuri mengerjap perlahan mencoba menyesuaikan dengan pancaran sinar matahari yang perlahan memasuki kamar mereka. Sebuah senyuman terbit dari bibirnya tatkala merasakan sesosok tubuh yang berada dalam pelukannya. Dia mengeratkan pelukannya, meresapi rasa nyaman yang tersalur dari kehangatan dua tubuh yang bersentuhan. Kembali menutup matanya, sepertinya masih cukup pagi untuk memulai aktifitas, toh seharusnya dia memang menikmati kebersamaan ini.

Ketika tubuh itu bergerak dalam pelukannya Yuri perlahan membuka matanya. “kau sudah bangun sayang?” ucapnya dengan suara berat khas bangun tidur. Jessica mengangguk dan menatapnya, dia menggeliat mememiringkan tbuhnya merapat ke Yuri.

Yuri tersenyum mendapati pagi yang indah ini bersama dengan wanita yang dicintainya yang kini sudah resmi menjadi Nyonya Kwon. “morning Jessica Kwon.” Dia lalu mengecup pelan bibir istrinya, mendapatkan morning kiss-nya yang menerbitkan semburat merah di pipi wanita itu yang kini menyembunyikan wajah di ceruk lehernya.

Yuri tertawa mendapati kelakuan Jessica di pagi itu, dia memeluk erat tubuh Jessica membenamkan tubuh yang terasa pas dengan tbuhnya.

“aish seobang kau senang sekali menggodaku.” Tangan Jessica tergerak memukul dada bidang suaminya. “memangnya kenapa? Memangnya tidak boleh menggoda istriku sendiri?” ditambah senyum flirting Yuri, membuat Jessica hendak beranjak dari ranjang dan blushing pipinya memerah seperti udang rebus tatkala tubuh polosnya terekpos. Dia sepertinya terlupa dengan kegiatan malam panjang mereka semalam yang tidak menyisakan sehelai benangpun di tubuhnya. Hal itu membuatnya spontan menjatuhkan tubuhnya kembali ke ranjang. Yuri tidak dapat menahan tawanya akibat kelakuan Jessica-si Voldemort berwajah malaikat-nya.

—–

Jessica berdiri di balkon penginapan mereka, menatap senja yang berangsur kembali ke peraduannya. Sembari menunggu Yuri yang menghilang entah kemana saat dia kembali dari kamar mandi dia sudah tidak mendapati lagi sosok namja jangkung tersebut.

“kau sudah siap?” bisik Yuri sembari menyisipkan kedua tangannya melingkri pinggang ramping Jessica. jessica berbalik menatap dalam namja itu, salah satu tangannya membelai lembut rahang Yuri. “saranghae seobang. Saranghae Kwon Yuri.” Ucapan Jessica itu membuat hati Yuri menghangat, bahagia. “aku tahu, tanpa perlu kau katakan sayang. Aku dapat melihatnya, aku dapat merasakannya.”

“tapi mengatakannya membuatku bahagia.” Hanya dengan mengatakan kalimat cinta itu dihadapan suaminya, menatap lamat wajah itu, berbagi senyuman hangat dan juga sentuhan lembut membuat dadanya dipenuhi buncah rasa bahagia.

“saranghae Jessica Jung. Saranghanda.”

“ayo. Kurasa hanya dengan cinta kau tidak akan merasa kenyang sayang.” Yuri menggenggam tangan Jessica yang terasa dingin. “aishh seobang kau merusak suasana.”

“haha. Yak sudah berapa lama kau beridiri disana sampai tanganmu dingin seperti ini?” dia melepaskan jasnya dan menyampirkan di pundak Jessica yang menggunakan dress dengan bahu terbuka.

“sejak kau pergi tanpa kata. Memangnya kau kemana?”

“menyiapkan sesuatu. Ayo! kau dingin sekali.”

—–

Mereka dinner dengan khidmat (?). “tunggu disini.” “mwo? Seobang kau mau kemana?” Yuri hanya memberinya senyuman.

Lalu semua lampu dimatikan hanya tersisa sebuah lampu yang menyoroti seseorang dibalik sebuah piano putih.

What would I do without your smart mouth

Drawing me in, and you kicking me out

Got my head spinnyng, no kidding

I can’t pin you down

 

Yuri bernyanyi membiarkan jemarinya menari di atas tuts mengiringinya.

 

What’s going on in that beautiful mind

I’m on your magical mystery ride

And I’m so dizzy

Don’t know what hit me

But I’ll be alright

My head’s underwater

But I’m breathing fine

You’re crazy and I’m out of my mind

 

Matanya menatap seseorang yang berada tepat di depannya.  Dia ingin mengungkapkan apa yang dirasakanya melalui lagu ini.

 

Cause all of me

Loves all of you

Love your curves and all your edges

All your perfect imperfections

Give your all to me

I’ll give my all to you

You’re my end and my beginning

Even when I lose I’m winning

Cause I give you all of me

And you give me all of you

 

Dia sangat bahagia tentang hari ini. Tentang hari dimana mereka akhirnya bersama di mengucap sumpah di mata Tuhan dan semua orang lainnya. Tentang hari-hari yang telah mereka lalui bersama.

How many times do I have to tell you

Even when you’re crying you’re beautiful too

The world is beating you down, I’m around through every mood

You’re my downfall, you’re my muse

My worst distraction, my rhythm and blues

I can’t stop singing, it’s ringing in my head for you

My head’s underwater

But I’m breathing fine

You’re crazy and I’m out of my mind

 

Mata mereka bertemu saling mengungkapkan rasa satu sama lain. Benar, terkadang kata tidak cukup mengungkapkan rasa yang sebenarnya. Tapi perasaan itu dapat kau dapati, dapat kau rasakan dari dalamnya ketulusan yang terpancar dari mata itu.

Suara merdu Yuri beradu manis dengan grand piano, membuat ruangan tersebut ikut merasakan perasaaan dua insan manusia yang sedang berbagi rasa cinta.

Cause all of me

Loves all of you

Love your curves and all your edges

All your perfect imperfections

Give your all to me

I’ll give my all to you

You’re my end and my beginning

Even when I lose I’m winning

Cause I give you all of me

And you give me all of you

 

Yuri mengakhiri pertunjukkannya dengan baik, semua yang disana bersemangat memberikan tepuk tangan meriah. Dada Jessica penuh membuncah rasa bahagia. Kini lelaki itu sudah menjadi suaminya, yang akan bertanggung jawab atas dirinya untuk kedepannya. Yang akan menjadi sumber kebahagiannya. Laki-laki itu adalah bahagianya, dia adalah nafasnya, dia adalah dunianya, dia adalah hidupnya, dia adalah segalanya untuknya. Matanya berair menahan haru atas semua kebahagiaan yang dirasakannya.

Sebuah tangan menghapus lembut air mata yang menetes di pipi Jessica. Mata tajam itu memancarkan cinta yang selama ini dapat membuatnya merasakan berbagai rasa. Rasa yang membuatnya semakin tahu bahwa dia adalah satu cinta yang diinginkannya. “aku mencintaimu, seobang.” Yuri tidak menjawab pernyataan cinta Jessica, hanya tetap menatapnya penuh cinta dan mengakhirinya dengan ciuman lembut di bibir mereka yang menyatu.

Cinta bukan tentang kata-kata tetapitentang rasa yang tulus, yang tanpa perlu kau katakan tetapi perlakuanmu padanya akan membuatnya merasakan perasaan itu.

END

Ini sebenernya ff untuk ultah abg Yong, sekalian juga Seo dan udah pernah gue update sdbelumnya tapi sepertinya cocok jg kalau castnya dganti yulsic. So jadilah ini.

Please jangan Tanya ff lain, kepala gue buntu belum lagi gue amnesia hhaa.

Mohon maaf lahir bathin semuanya

 

Always Love You

digital-amnesia

ys

Title : Always Love You
Gender: Gender-bender, life, romance
Length : Oneshoot
Cast     : Kwon Yuri, Jessica Jung
Author: D_Jung
Efek Descendant masih terngiang

Desingan butir peluru tak lagi dapat dihitung. Peluru-peluru itu meluncur semaunya guna mematikan lawan. Disini layaknya terjadi hujan butiran peluru dari pistol-pistol maupun senapan-senapan laras panjang. Kewaspadaan dan konsentrasi tinggi sangat dibutuhkan di daerah konflik seperti ini bila tidak ingin pulang hanya tinggal nama.
gwenchana? Bertahanlah Soo, semuanya sudah berakhir. Kita dapat segera pulang, kita akan kembali ke mobil.”
nee, gomawo Yul.”
tarrawa.” Mata namja bermarga Kwon itu awas guna memperhatikan kondisi sekitar, merasa sudah aman dia membantu Sooyoung untuk berdiri memapahnya. Mereka tetap berjalan waspada di balik-balik mobil atau bangunan guna perlindungan diri.
”Soo, darahmu keluar banyak sekali. Kita harus mengatasinya sebelum kau kehilangan banyak darah.”
“bertahanlah, ini mungkin akan sangat sakit. Aku akan mencoba mengeluarkan pelurunya. Kita butuh waktu untuk kembali ke titik awal. Duduklah.”
Yuri dengan cekatan mengeluarkan peluru yang bersarang di daerah bagian perut Sooyoung, beruntunglah dia membawa kotak p3k kecil. Sedangkan Sooyoung menggeramkan giginya menahan sakit yang teramat tapi setidaknya Sooyoung sudah bisa mendapatkan pertolongan pertama. Setelah menutup luka dengan kain kasa, Yuri mengeluarkan sehelai sapu tangan dari kantongnya untuk membalutnya, karena kain kasa yang tersedia sudah tidak mencukupi.
“Yul, ini sapu tangan dari Sica? Apa tidak apa-apa?”
“eoh, gwenchana. Dia tidak akan membunuhmu hanya karena ini,” Mereka tertawa mengingat betapa protektifnya wanita-kekasih-Yuri itu. “Jja, ayo kita kembali.”
Kedua lelaki berpangkat sama itu telah berteman sejak pertama kali mereka bertemu saat latihan pertama mereka di akademi Tentara. Sejak itu mereka selayaknya dua sisi mata uang yang selalu bersama. Pertemanan dan prestasi  mereka sudah tidak diragukan lagi. Apalagi jiwa patriotisme mereka untuk mempertahankan harga diri dan kesatuan bangsa.
“kita sudah sampai Soo, bertahanlah. Aku akan kembali dengan mobil berikutnya.”
“kenapa kau tidak ikut disini?”
“tidak cukup Soo, aku akan menemui nanti eoh.” Yuri lalu turun dan membantu teman mereka lainnya yang terluka. “kau yakin tidak ikut Yul?”
“eoh, bukankah akan ada lagi mobil yang menjemput? Lagipula masih ada yang lainnya yang belum kembali.”
“iya, tapi mungkin masih agak lama.”
arraseo.” Yuri membantu menutup pintu.
Dor!

Dor!
“Yul!!!” teriakan Sooyoung dan lainnya menggema tatkala melihat Yuri jatuh bersimbah darah. 2 tembakan beruntun menyerangnya di bagian jantung dan kepala.
Sekelebat bayangan senyuman keluarga dan juga Jessica-kekasihnya terasa begitu nyata dihadapan Yuri, membuatnya ikut tersenyum meski dengan raut menyakitkan sebelum dia menutup matanya.
“Yulll bangunlah! Aku mohon bangunlah!”

—–

Sooyoung duduk di kursi menunggui Yuri yang masih belum siuman, dia mengingat semua masa-masa yang telah mereka lalui bersama bahkan dari pertama kali mereka berteman. Dia juga ingat saat Yuri memberi tahunya bagaimana Yuri mengenal Jessica .

“bagaimana kau bisa bersamanya?”
“bagaimana? Hmm…” Yuri tampak mengingat sejenak. “aku bertemu dengannya pada saat perusahaan appa mengadakan acara ulang tahunnya tahun lalu. Dia datang bersama keluarganya, ternyata appanya merupakan teman appaku.”
“memangnya kalian tidak pernah bertemu sebelumnya? Bukannya appa kalian berteman?”
“tidak. Dia sekolah dan kuliah di luar negeri, lagipula aku memang jarang mengikuti acara-acara perusahaan appa.”
“ahh sayang sekali padahal kau bisa mengenalnya lebih lama. Lalu bagaimana selanjutnya?”
“ya malam itu kami hanya saling menatap, tidak banyak yang kami lakukan. Dia tampak begitu dingin. Pada pertemuan kedua, saat aku mengantar eomma melakukan cek up rutin kesehatannya yang ternyata di RS tempat dia bekerja. Aku memberanikan diri untuk langsung menyatakan perasaanku, apalagi satu minggu berikutnya kita sudah harus kembali bertugas.”

—–

Entah sudah berapa lama Sooyoung menunggu di depan ruang operasi yang kini lampunya masih menyala menandakan operasi belum juga berakhir. Dia sendiri sudah menunggu disini setelah mendapatkan tindakan medis mengenai luka tembaknya.
Tak henti-hentinya tangannya menangkup, mengucapkan rentetan doa untuk teman terbaiknya yang sedang berjuang di dalam sana. Melihat temannya bersimbah darah mendapatkan luka tembak di bagian vital tentu saja membuatnya begitu khawatir, apalagi kejadian itu tepat terjadi di depan matanya sendiri.
“Kwon Yuri bertahanlah. Aku akan membunuhmu jika kau tidak bertahan.” Tetesan air matanya tak bisa dibendung. Mereka berteman sangat dekat, layaknya saudara yang tidak terpisahkan.
Lampu sudah dimatikan pertanda operasi sudah selesai, Sooyoung bergegas menuju pintu ruangan. Lalu muncullah kedua orang dokter masih dengan baju operasi keluar.
“dok, bagaimana sahabat saya?”
“Pasien mengalami trauma tembus akibat luka tembus peluru yang menyerempet masuk ke dalam tulang tengkoraknya. Kami sudah melakukan pembedahan untuk mengeluarkan peluru tersebut. Tapi kemungkinan hal ini yang akan menyebabkan amnesia retrograde yaitu ketidakmampuan pasien dalam mengingat informasi masa lalu. Dia akan kehilangan atau mengalami penurunan kemampuan untuk mengingat atau mengenali seseorang dari masa lalu. Dan beruntung luka tembak lainnya tidak mengenai organ vitalnya, kemungkinan tembakan meleset. Saat ini pasien masih dalam masa kritis, kami akan terus melakukan pemantauan.”
“dok, tolong selamatkan sahabat saya apapun caranya.”
“kami akan mengusahakannya, dan teruslah berdoa.”

—–

Sang Mayor langsung turun tangan mendengar insiden yang menimpa Sersan terbaiknya. dia selalu melakukan pemantauan akan kondisi Yuri.

“bagaimana kondisinya sekarang?”

“belum mengalami peningkatan berarti. Apakah kalian akan melakukan perawatan di Seoul?”
“ya, kami dan juga pihak keluarga sudah memutuskan untuk melakukan perawatan di RS. Seoul untuk memudahkan pemantauan kondisinya secara langsung.”

“baiklah kalau begitu, kami akan segera mengirim pasien jika tanda-tanda vitalnya setidaknya sudah berangsur stabil.”

“terima kasih dokter.”

 

Keesokannya.

“saat ini kondisi pasien masih belum mengalamai perubahan yang berarti, pasien masih dalam keadaan koma meski begitu tanda-tanda vitalnya pasien sudah berangsur stabil. Kalau seperti ini terus, kami bisa mengirim pasien besok.”

“ya kami mengerti, dok. Baiklah kami akan segera menyiapkan ruangan unutk perawatannya.”

Kepala RS. Seoul baru saja menghubungi kepala dokter yang menangani kondisi Yuri saat ini.

“bagaimana dok?” tanya seorang gadis muda yang juga menggunakan jas dokter, raut mukanya tampak tegang.

‘Yuri masih dalam keadaan koma  meski begitu kondisinya perlahan membaik, dan kemungkinan besok dia bisa dipindah perawatan kesini. Jadi siapkan ruangan dan juga alat perawatannya sekarang dr. Jung.”

“ya, baiklah. Aku permisi dulu dokter.”

Raut wajah gadis tadi tampak lega meski tergurat kecemasan yang sama. Air matanya kini tidak dapat dibendung lagi saat dia baru saja keluar dari ruangan atasannya yang akan menjadi ketua tim dokter yang akan menangani Yuri-kekasih-nya. Ya, dia adalah Jessica Jung.Meski besok Yuri kembali tapi tentu saja tidak seperti biasanya yang akan dilalui dengan bahagia, karena kini sang Sersan tengah berjuang untuk tetap hidup. Tapi setidaknya dia bersyukur, besok dia bisa kembali melihat Yuri.

—–

Yuri masih terbaring koma hingga 2 minggu, bersyukur pada awal minggu ketiga dia mulai siuman. Tapi benar apa yang selama ini diagnosa dokter yang ditakutkan bahwa Yuri kehilangan ingatannya. Memang tidak sepenuhnya, tetapi memori jangka pendeknya hilang total yaitu kejadian selama 2 tahun belakangan.

Insiden ini mengakibatkan Yuri mengalami cedera kepala yang begitu parah, hingga tidak mampu mengingat apapun. Meski demikian, kemampuan untuk melakukan hal itu bisa dilatih dalam beberapa saat dan sebenarnya juga masih tersimpan dalam memori jangka panjangnya.

—–

Jessica termenung menatap langit malam di rooftop ini sendirian, untungnya bintang-bintang begitu terang menjadi hiasan langit menghiburnya. Ingatannya tiba-tiba menyeruak tentang bagaimana pertama kali dia dan Yuri bertemu. Bagaimana Yuri menyatakan perasaan padanya. Bagaimana Yuri dapat memenuhi janji pertamanya yang membuat dia memberi kesempatan untuk Yuri.

Flashback
“kau masih mengenalku? Aku, Kwon Yuri, kita bertemu 2 minggu lalu.” Ucap Yuri mengingatkan.
“ya, aku ingat.”
“aku bukan tipe namja yang berbasa-basi, dan mungkin ini terlalu cepat tapi aku tidak bisa lagi menahannya.”
“aku menyukaimu.” Ucap Yuri tegas.
mwo?” mata Jessica menatap tajam Kwon Yuri dihadapannya, bagaimana mungkin namja yang ditemui baru kedua kali ini sudha berani menyatakan perasaan padanya.
“aku tau kau mungkin tidak percaya, tapi sungguh sejak malam itu aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Dan sekarang kita bertemu lagi, maka aku tidak akan melepaskanmu.”
“huh! Egois sekali. Memangnya kau siapa?” dengus Jessica, betapa sok hebatnya namja ini.
“aku orang yang menyukaimu.”ucap namja itu tak bergeming. Sesungguhnya Jessica melihat kejujuran dimata tegas nan tajam namja itu, tapi ini begitu cepat.
“kau tidak perlu menjawabnya sekarang, tapi waktuku hanya sampai minggu ini. Aku akan menemuimu lagi disini minggu nanti jam 5 sore. Na kanta.”
Mwo? Yak apa-apaan namja itu!.

—–

Minggu berikutnya.
“dokter Jung ada yang mencarimu.” Ucap salah satu perawat. “siapa?”
“aku.” Jessica menoleh mendengar suara berat yang belakangan ini sering berkelebat dalam pikirannya.
Dia benar-benar datang lagi.
“apa kau ada waktu? Bisa kita bicara?”
“aku masih harus memeriksa pasienku. Kalau kau mau kau bisa menunggu 15 menit.”
“baiklah, aku akan menunggumu disini.”
Jessica kembali ke ruang informasi, menuliskan hasil pemeriksaannya pada komputer yang menyimpan data-data diagnosa pasien.
“kau sudah selesai?” Yuri menghampirinya setelah dirasa Jessica sudah tiak lagi mengetikkan sesuatu di komputer tersebut. “eoh.”

Sekarang mereka berada di rooftop RS. Ada sebuah kursi panjang di sebuah taman mini yang menyajikan view Seoul di sore hari dari puncak RS.
“ini (Yuri memberikan minuman hangat pada Jessica). Pemandangan disini cukup indah. Apa ini tempat favoritmu?” Jessica hanya mengangguk, menyesap minuman hangatnya.
“jangan terlalu lama disini, anginnya terlalu kencang apalagi menjelang musim dingin ini.” Jessica tidak menanggapi hanya mendengarnya saja.
“apa kau sedang wamil?”
“tidak, aku seorang tentara.” “oh.”
“mungkin kedepannya dengan profesi kita seperti ini tidak memungkinkan kita untuk sering bertemu, tapi kurasa tidak masalah selama komunikasi tetap terjaga. Ada banyak hal yang mungkin terjadi selama aku bertugas, tapi aku akan selalu berusaha untuk kembali dengan selamat apapun yang terjadi.”
“aku tau kau mungkin masih belum percaya padaku. Tanya hatimu, apakah kau menginginkanku juga atau tidak. Hmm Jessica waktuku tidak banyak, aku harus pergi jam 7 ini. Lalu bagaimana jawabanmu?”
“kenapa kau tidak pernah bertanya apakah aku sudah memiliki namjachingu atau tidak?”
“kau akan mengatakannya dari awal, dan kau sudah akan menolakku dari awal.”
“bisakah kau berjanji untuk kembali?”
“apa dengan begitu kau menerimaku?”
“aku tidak mengatakan itu, tapi setidaknya aku tau bahwa aku bisa memegang janjimu.”
geure. Tunggulah aku akan kembali.” Yuri melirik jam tangannya. “aku harus pergi sekarang dan aku akan kembali.” Senyuman namja itu menjadi penutup yang manis pada pertemuan mereka.

Flashback off

Udara dingin ini membuat Jessica sedikit menggigil, benar saja ini sudah terlalu malam untuk menikmati bintang. Seharusnya dia tidur untuk mengembalikan tenaganya apalagi besok dia akan menemani Yuri terapi maka dia harus semangat.

—–

Berbagai rangkaian terapi dijalani Yuri guna mengembalikan kembali ingatannya. Dia diberi cuti selama masa penyembuhannya.Sehingga setelah menjalani terapi, perlahan-lahan Yuri mampu mengingatnya lagi.

Namun, yang menjadi masalah, Yuri telah kehilangan memori jangka pendeknya yang rusak secara permanen. Memorinya selama dua tahun belakangan hilang, maka masa-masa dia mulai berkenalan dengan Jessica hingga ke masa-masa mereka menjalin hubungan telah terhapus. Yuri masih dapat mengingat beberapa nama mantan kekasihnya tetapi ia sama sekali tidak punya kenangan mengenai Jessica yang baru saja memasuki kehidupannya 1 tahun belakangan ini. Yuri tidak mengenali Jessica atau merasa jatuh cinta padanya, walaupun Jessica menunjukkan foto-foto mereka.

Bahkan berkali-kali Yuri mengusir Jessica yang selalu cerewet mengingatkannya untuk menjalani terapi. Namun, cinta Jessica kepada Yuri rupanya jauh lebih besar, sehingga ia tidak meninggalkan sang kekasih yang tengah dalam titik terendah kehidupannya. Dengan sabar Jessica selalu mendampingi Yuri, sehingga pelan-pelan Yuri bersedia menerima kehadirannya.

Ingatan Yuri memang tidak pernah kembali seperti sediakala, meski ada serpihan ingatan yang dapat diingatnya tapi itu tidak cukup membantu. Tapi rupanya takdir berkata lain, jika memang berjodoh meski ingatanmu hilang sepenuhnya tetapi hatimu akan tetap merasakan ketulusan cinta pasanganmu. Ya, mereka menjalin hubungan dari nol lagi dan membangun kenangan-kenangan yang baru.

Meski Yuri tidak lagi dapat mengingat Jessica sebagai kekasihnya tetapi perhatian dan ketulusan Jessica membuatnya kembali jatuh hati untuk yang kedua kalinya pada wanita yang sama.

END

hahaha udah segitu aja semoga berkenan ya sebagai pelepas rindu pada author yang ngangenin ini muahahahha ga tau tiba-tiba pengen nulis aja, jadilah ff ini

Buat ff yang lainnya berdoa aja biar author ini ga amnesia, karena gue bener-bener udah lupa jalan cerita wakakaka ga kebayang kalo gue bener-bener amnesia. Tapi ini bener terjadi di dunia nyata yang pernah dialami Krickitt Carpenter.

Anneyong

Yulsic

Bisakah kalian berenti ngode??

CcXE9HkUcAAUnnq

semua pict boleh nyomot

Siluet Senja

Cast:  Kwon Yuri

Jessica Jung

 

Jangan tanya ff yg lain, nikmati aja ff gaje ini hhaa

 

 

Entah ini sudah putaran keberapanya, peluh sudah mulai mengucur di tubuh dan juga wajah maskulin seorang namja tanned yang sedang berlari di tepian pantai yang berhias pasir putih mengkilapnya.

Sepertinya dia belum berniat untuk berhenti, dia terus berlari sembari mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan. Tangannya bergerak membenahi earphone yang menempel ditelinganya memberinya deretan lagu sebagai teman indahnya hari menjelang senja itu.

Matahari sudah mulai menurun, warna jingganya ternyata mengalihkan perhatian namja ini. Langkah kakinya perlahan terhenti, kini dia tengah mengatur nafasnya. Matanya awas menghadap arah turunnya sang penguasa siang. Tak ingin melewatkan pemandangan tersebut dia memilih untuk duduk beralaskan pasir putih yang bersih sembari meluruskan kakinya, rileks.

Udara bersih yang menyegarkan. Deburan suara ombak yang memecahkan keheningan, menbuatnya melepaskan earphonenya. Memejamkan mata menikmatinya. Seperti bernostalgia merasakan kenyamanan alami yang kini sudah jarang dia nikmati, seiring kesibukannya saat ini.

Maka nikmat Tuhanmu manakah yang  kamu dustakan?

Setiap saat selalu ada nikmat yang kau rasakan meski tak kau sadari.

Bisik langkah kaki menyadarkannya bahwa ada seseorang. Manik matanya menangkap sosok seorang yeoja dengan dress putih di atas lutut berjalan gontai menyeret langkah kakinya menuju tepian. Melepas sandal tipisnya, berjalan hingga kakinya merasakan sejuknya air laut, merasakan terpisan ombak yang tersisih menepi. Dia tersenyum kecil ketika mendapati rambut yeoja itu yang tampak sedikit berantakan, spertinya dia baru saja bangun tidur.

Georgeous. Perempuan di siluet senja.

Belum selesai menokmati keindahan alam yang tersaji kini ditambah dengan sosok yeoja di antara bayang-bayang senja.

Lama mereka terdiam menikmati keindahan yang Tuhan berikan. Hngga satu suara melengking membuat yeoja itu spontan menoleh.

“Eonni…”

“Yakkkk Jung Sooyeon….”

“Astaga Jung Soojung pelankan suaramu.”

“Habisnya aku sudah mencarimu kemana-mana ternyata kau enakan disini.. Omoo he’s so handsome, eonni..” yeoja bernama Jung Soojung itu tak bisa menahan dirinya untuk menyatakan kekagumannya tatkala dia melihat sosok namja tampan yang kini memenuhi binar matanya. Tanpa sadar dia tersenyum, dan begitu senangnya saat namja tersebut ikut tersenyum.

“Ohh manisnya.” Tambah berbinarlah matanya. Tanpa disadarinya dua pasang mata bertemu dalam tatapan dalam.

“Hey girls, segera kembali. Mommy mencari kalian.” Sebuah teriakan pria paruh baya.

“Oh Yul kau disini. Jangan lupa nanti malam.”

Namja tadi lalu berdiri dan membungkuk memberi hormat kepada pria paruh baya tersebut.

“Yee Mr. Jung.”

Lalu Mr. Jung tersebut merangkul kedua putrinya untuk segera menemui istrinya.

“Dad, do you know him?” Tanya si bungsu antusias.

“Ya, dia salah satu manajer kita di cabang.”

“Wuahh jinjja???”

“Eoh, wae?”

“She’s like him, dad.” Bisik putri sulungnya yang lalu segera berlalu meninggalkan ayah dan anak tersebut, karena adiknya tentu akan menghabiskan banyak waktu dengan segenap pertanyaan tentang namja tadi.

“Astaga Jung Soojung kukira kau sudah melewati pubermu saat bertemu Amber.”

Namja tadi tersenyum sembari menyebutkan sebuah nama. “Jung Sooyeon.”

“Yul?” Dilain sisi seorang yeoja berjalan menghampiri ibunya.

 

END

Udah segitu aja… Hhaa

Bye